Tips Interview

Saran-Saran Menghadapi Wawancara

Bagi anda yang dipanggil untuk menjalani wawancara kerja, sebaiknya anda memperhatikan beberapa saran di bawah ini. * Pastikan anda sudah tahu tempat wawancara. Disarankan beberapa hari sebelum wawancara, anda sudah mengetahui tempatnya, bahkan sudah melihat tempatnya. * Jika tidak diberitahu terlebih dulu jenis pakaian apa yang harus dipakai, maka gunakan pakaian yang bersifat formal, bersih dan rapi. * Baca kembali surat lamaran, CV anda, dan surat panggilan wawancara tersebut. Jangan lupa untuk membawa surat-surat atau dokumen-dokumen tersebut serta peralatan tulis saat wawancara. * Mempersiapkan diri menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin diajukan pewawancara. Sebaiknya anda berlatih bersama rekan untuk mengantisipasi semua kemungkinan pertanyaan yang akan dilontarkan pewawancara, sehingga pertanyaan apa pun yang diajukan dapat dijawab dengan memuaskan. Anda dapat menggunakan "daftar/contoh pertanyaan umum" (silakan klik) pada situs ini untuk berlatih menjawabnya bersama rekan anda. * Sebelum berangkat ke tempat wawancara, berdoalah terlebih dulu sesuai keyakinan anda. * Usahakan untuk tiba sepuluh menit lebih awal, jika terpaksa terlambat karena ada gangguan di perjalanan segera beritahu perusahaan (pewawancara). Namun usahakan jangan terlambat, karena banyak perusahaan yang langsung menganggap anda gagal bila terlambat. * Sapa satpam atau resepsionis yang anda temui dengan ramah. * Jika harus mengisi formulir, isilah dengan lengkap dan rapi. * Ucapkan salam (selamat pagi/siang/sore) kepada para pewawancara dan jika harus berjabat-tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas). * Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang. * Persiapkan surat lamaran, CV anda, dan surat panggilan wawancara. * Ingat dengan baik nama pewawancara. * Lakukan kontak mata dengan pewawancara. * Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara. * Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan. * Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul; kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan bahasa tersebut. * Tampilkan hal-hal positif yang pernah anda raih. * Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi, namun jangan berkesan sombong atau takabur. Banyak yang gagal hanya lantaran berkesan sombong, takabur, atau sok tahu. * Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa yang bisa diberikan oleh perusahaan kepada anda. * Jelaskan serinci mungkin hal-hal yang ditanyakan oleh pewawancara. * Ajukan beberapa pertanyaan bermutu di seputar pekerjaan anda dan bisnis perusahaan secara umum. * Berbicara dengan cukup keras sehingga suara jelas terdengar oleh pewawancara. * Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya. * Ucapkan banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada anda.
Sumber : gilland-ganesha.com, hanyawanita.com

posted by andik kuncoro @ 12.27, ,
________________________________________________________



Lima Jurus Jitu Negosiasi Bisnis

1. Pisahkan pokok masalah yang dinegosiasikan dengan lawan. Jangan sampai masalah pribadi menghambat proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran perusahaan-perusaha an besar biasanya mempunyai tim negosiasi yang terdiri dari beberapa orang dengan keahlian berlapis-lapis. Dengan begitu, tidak akan pernah terjadi konflik pribadi dengan proses negosiasi. 2. Selalu mengacu pada tujuan utama negosiasi. Apa hasil akhir yang kita inginkan dalam negosiasi ini? Bukan masalah menang atau kalah, apalagi sampai menjatuhkan lawan. So, tetap berkepala dingin dan jangan pernah terpancing dengan emosi atau ego mau menang sendiri. 3. Berikan alternatif win-win solution pada lawan. Selalu fleksibel selama negosiasi agar terhindar dari jalan buntu. Persiapkan beberapa solusi alternatif yang diprediksi bisa menciptakan kondisi saling menguntungkan bagi lawan. 4. Selesaikan proses negosiasi dengan cepat dan tidak bertele-tele. Hindari faktor-faktor yang bisa melelahkan lawan seperti proses negosiasi yang terlalu lama, tempat negosiasi yang tidak kondusif, dll. Karena faktor-faktor tersebut cenderung membuat lawan jadi emosional dan berbalik menekan kita. 5. Riset, riset dan riset. Hal terpenting dalam negosiasi sering berkaitan dengan etika dan budaya. Negosiator ulung selalu melakukan riset untuk mengetahui karakter lawannya. Apa latar belakangnya, kebiasaan, hobi, kesukaan, dll. Terbukti bahwa kebanyakan kontrak besar bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, tapi di lapangan golf, kapal pesiar atau restoran.
Sumber :http://cepiar.wordpress.com/2008/02/03/lima-jurus-jitu-negosiasi-bisnis/

posted by andik kuncoro @ 14.04, ,
________________________________________________________



Kecerdasan Finansial

Kecerdasan finansial (FQ = Financial Quotient) baru muncul dalam kurun waktu terakhir ini saja. Apakah FQ itu? Bagaimana mengukur kecerdasan finansial orang? Atau, adakah orang yang tidak memiliki kecerdasan finansial? Anda masih ragu dengan terminologi ini?Baiklah! FQ memang bukan barang baru, namun saat menyebutnya timbullah dugaan yang baru. FQ ditujukan kepada bagaimana kita (individu atau kelompok) mencari, menggunakan, dan mengembangkan ‘harta benda’. Harta benda ini bersumber dari keberadaan UANG sebagai alat tukarnya. Makin banyak jumlah uang yang dapat diperoleh makin tinggi kecerdasan finansialnya. Seseorang yang mampun mendapatkan uang 300 ribu per bulan tentu kalah cerdas secara finansial dibandingkan dengan orang lain yang mampu memperoleh uang 3 juta per bulannya. Orang yang mampu mendapatkan 3 juta juga masih kalah dengan orang lain yang memapu mendapatkan uang 300 juta, demikian seterusnya. Banyak kita temukan di masyarakat orang-orang yang tidak cerdas secara finansial yang ditunjukkan dengan kemiskinan di setiap pelosok kota atau desa. Mungkinkah ada orang yang tidak memiliki kecerdasan finansial? Rasanya tidak ada! Hanya tingkat kecerdasan finansialnya yang tidak tinggi. Cerdas finansial tidak harus dari hasil kerja mandiri (sebagai entrepreneur), namun bisa juga dari hasil bekerja secara profesional dengan pihak lain (sebagai intrapreneur). Karyawan dengan gaji 3 juta per bulan dianggap sepadan dengan kecerdasan dan kontribusi dia kepada perusahaan, demikian juga karyawan lain yang hanya mendapat 600 ribu per bulan pun sepadan dengan kontribusinya juga. Seorang entrepreneur yang mampu menghasilkan omset penjualan 300 juta per bulan pastilah sepadan dengan kecerdasan finansial yang dimilikinya, begitu juga dengan entrepreneur lain yang hanya mampu mencapai omset 10 juta per bulan. Kunci utama untuk menjadi cerdas secara finansial adalah kepada bagaimana pola keseimbangan antara begaimana mendapatkan (inflow) dan menggunakan (outflow). Formula umum yang sering digunakan adalah 10:10:80. Bagian pertama (10%) adalah prosentase yang dialokasikan untuk tabungan akhirat dengan cara memberi sedekah, sumbangan ke panti asuhan, masjid, gereja, dan banyak lainnya dengan harapan bisa mendapat balasan yang lebih besar dari Yang Maha Kuasa. Bagian kedua (10%) dialokasikan untuk investasi dunia dengan cara terus menanamkan modal guna pengembangan usaha berikutnya (bisa dengan tabungan di bank, pembelian saham, atau bentuk investasi lainnya yang sehat dan wajar). Sedangkan, bagian ketiga (80%) digunakan untuk aktivitas itu sendiri, baik sebagai biaya operasional, pemeliharaan, dan kegiatan lainnya. Formulasi ini dianggap yang paling minimal untuk tetap menjadi cerdas secara finansial. Bagaimana prakteknya? Cobalah untuk mengalokasikan dana yang diperoleh untuk kegiatan tersebut di atas, buka untuk hal-hal yang tidak berguna. Sekali lagi, siapkan 10% untuk ditabungkan demi akhirat anda, sedekah yang diberikan sungguh akan kembali dalam bentuk tambahan rejeki yang berlimpah untuk kita, bagian jariah yang diberikan untuk masjid akan kembali kepada kita juga, dan seterusnya. Siapkan yang 10% lagi untuk investasi dunia, perluasan bisnis, ekspansi dan eksplorasi ladang bisnis yang lebih menantang atau prospektif, semuanya akan kembali dlam bentuk yang berlipat ganda jumlahnya. Sisanya yang 80% digunakan untuk keseharian yang tidak mubazir, tidak berguna atau bahkan foya-foya. Semua digunakan untuk kegiatan positif yang dapat lebih memperkaya intelektual, spiritual, dan emosional kita. Semoga bermanfaat []. Kecerdasan finasial memiliki 2 aspek, aspek teknis dan aspek emosional. Yang pertama Aspek teknis adalah cara kita mengelola uang dan aset berdasarkan hukum dan aturan finansial, artinya, kita paham bagaimana cara mengelola uang sehingga uang kita bertambah atau tetap tanpa harus bekerja keras. Sedangkan aspek emosional adalah daya dahan kita untuk mengendalikan diri agar tidak terjebak pada pengeluaran konsumtif dan liabilitas yang dapat mengacaukan rencana keuangan atau membuat miskin. Nah, saya setuju bahwa orang yang cerdas secara finasial pasti memiliki alokasi bisnis dan charity serta untuk kebutuhan sehari-hari. Saya sendiri setiap kali menerima uang akan otomatis membaginya menjadi 3, minimal 2,5% unutk sedekah, minimal 10% untuk bisnis dan sisanya untuk sehari-hari. Pola seperti ini membuat saya yakin bahwa say akan bebas secara finasial

posted by andik kuncoro @ 13.11, ,
________________________________________________________